MENGHADAPI PROBLEMA HIDUP
Ibrani 10: 24 & 25
“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita
saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang. Tetapi
marilah kita saling menasihati dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat”
Tuhan memberikan setiap manusia akal budi dan kehendak
bebas untuk bisa memilih dan menentukan apa saja yang ingin setiap manusia
kerjakan. Tapi terkadang manusia tidak peka terhadap suara Tuhan sehingga sering kali salah dalam memutuskan sesuatu hal
yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Akan tetapi Tuhan tetap turut serta
mendampingi setiap manusia dan menuntun mereka untuk kembali kerencana awal
Tuhan.
Demikian pula manusia memiliki pengalaman hidup yang
berbeda-beda,dan juga mengalami berbagai problema yang mungkin kita tidak
sanggup menghadapinya, hal seperti ini tidak mudah untuk dijalani, sehingga
terkadang menggoyahkan iman. Tapi oleh kasih Tuhan sungguh baik, sehingga memberikan
kekutan dan penghiburan melalui FirmanNya seperti yang tertulis dalam 2 Tawarikh 15:7 “Tetapi kamu ini,
kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu”.
Walaupun kita mengetahui bahwa Tuhan senantiasa
mendampingi kita dikala suka dan duka, tetap saja kita sebagai manusia sering
kali melupakanNya dan tidak peka terhadap suaraNya, karena itu kita perlu
memiliki sikap yang benar sebagai umat Tuhan untuk menghadapi Problema hidup. Ketika
dihadapkan dengan masalah, janganlah putus asa dan menyerah, Karena Tuhan pasti akan memberikan
jalan kepada hambanya yang berusaha. Oleh karena itu sikap yang benar
menghadapi berbagai Problema Hidup:
I. Membang
Hubungan yang saling menguatkan Ibrani 10:24
“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita
saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Penulis
Surat Ibrani menasihatkan jemaat untuk saling memperhatikan. Kata “memperhatikan” Yun:
katanoeo” dipergunakan 2 kali dalam
surat Ibrani, yaitu dalam Ibrani 3:1 dan 10:24. Dalam Ibrani 3:1 penulis mengajak untuk memperhatikan Yesus Kristus. Sedangkan
dalam aya 24a, mengajak kita untuk saling memperhatikan seorang akan yang lain.
Dengan kata lain, sebagaimana kita harus terus-menerus memperhatikan Yesus
Kristus dalam persekutuan, kita pun harus terus-menerus memperhatikan saudara-saudara
seiman kita dalam ibadah atau dalam persekutuan.
Kita harus menekankan relasi vertikal dengan Allah,
dan juga menekankan relasi horizontal dengan saudara-saudara seiman kita. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan saling
memperhatikan ini harus dilakukan secara berkesinambungan sebagai suatu
kebiasaan dalam persekutuan. ini bukanlah sebuah program yang hanya diadakan
sesekali saja, melainkan suatu hal yang harus dibiasakan dan dibudayakan dalam
gereja. Bahkan, lebih daripada itu, hal ini harus dikerjakan semakin giat menjelang
hari Tuhan yang mendekat (ay. 25b).
Kata “mendorong” itu memiliki makna yang sangat kuat,
yaitu “memicu, menyulut dan juga membangkitkan”. Biasanya kata ini digunakan
dengan konotasi yang negatif seperti membangkitkan murka atau memicu
perselisihan. Akan tetapi, di sini penulis surat Ibrani justru mempergunakannya
dengan konotasi yang positif, yaitu untuk memicu kasih dan perbuatan baik.
Sebab itulah tindakan saling memperhatikan itu harus dilakukan dengan tujuan
membakar semangat kita bersama untuk mengasihi dan berbuat baik. Maka
terbangunlah kekuatan menghadapi segala persoalan hidup yang terus menguatkan
kita semua.
Mampukah kita dalam menghadapi berbagai masalah hidup
dengan mengandalkan kekuatan sendiri? Mungkin untuk sementara kita bisa berkata
cukup mampu, tapi untuk jangka waktu lama tentunya akan sangat sulit. Tuhan
menciptakan manusia sebagai mahluk sosial yang harus saling terhubung dan
terintegrasi dengan sesama agar dapat terus berjalan ke arah yang lebih baik. Dan kita adalah bagian integral dari
masyarakat majemuk. Ada saat kita butuh orang lain untuk bisa bertahan hidup.
Lingkungan yang sulit, dunia yang jahat setiap saat akan membuat kita semakin
lama semakin lemah. Disaat seperti itu kita butuh teman-teman yang sanggup
menguatkan, meneguhkan, mengingatkan dan menolong.
Kita dapat lihat dalam Markus 2:
1-12. ketika orang lumpuh yang ingin
menjumpai Yesus di Kapernaum, begitu banyak orang mengerumuni Yesus, sehingga
tidak mungkin si lumpuh bisa menerobos kerumunan. Akan tetapi ada empat orang
temannya menggotongnya ke atas atap dan menurunkan dirinya yang terbaring di
atas tilam dari atas atap. Akhirnya dia mampu bertemu Yesus dan disembuhkan.
Kisah ini menginsfirasi kita bahwa kita butuh orang lain untuk menolong
kita. Ada waktu kita butuh dikuatkan, sebaliknya ada saat ketika kita bisa
menguatkan. Tidak ada manusia yang sempurna 100% kuat dan sanggup mengatasi
pergumulannya sendirian. Karena itulah kita harus membangunan hubungan sosial saling
dukung dan saling menasehati, memberi masukan, mengingatkan, menegur apabila
kita melenceng dari kebenaran Firman Tuhan, dan tentunya kita akan jauh lebih
kuat menghadapi segala problema yang hadir dalam hidup kita. Semakin dekat hari
kedatangan Tuhan, maka seharusnya semakin giat pula kita untuk membangun
hubungan erat dengan saudara-saudari kita sehingga dalam keakraban itu kita
bisa saling menasihati dan mengingatkan.
II. Mendekat dengan Tuhan (Ibrani 10:25)
“Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang. Tetapi
marilah kita saling menasihati dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat”
Disaat menghadapi
masalah, terkadang kita terfokus pada masalah tersebut, sehingga tanpa disadar
membuat hidup kita mulai menjauh dari Tuhan dan tidak membuat kita berpikir
dengan jernih, bahkan bisa sampai mengakibatkan stress dan depresi. Kadang juga
berfikir bahwa Tuhan menjauh dari kita padahal sesungguhnya kitalah yang
menjauh dari Tuhan, karena itu memiliki hati seperti Ayub. Ia sepenuhnya
mempercayakan hidupnya kepada Tuhan, meskipun semua musibah bertubi-tubi datang
melanda hidup Ayub, ia tetap percaya kepada janji Tuhan yang selalu
menolongnya. Sehingga pada akhirnya Tuhan mengembalikan kepada Ayub berkatNya berlipat ganda.
Banyak orang cenderung meninggalkan ibadah ketika
mereka mengalami masalah atau konflik, baik masalah pribadi maupun konflik
dengan orang lain., dengan memberikan
berbagai argumen atau alasan, seperti menenangkan diri, mencari penyegaran,
atau mendekatkan diri kepada Tuhan secara pribadi. Namun, semua itu bukanlah
alasan yang benar. Justru Allah mengaruniakan persekutuan di gereja untuk
menjadi sarana pembentukan rohani kita. Karena itu, jangan tinggalkan pertemuan
ibadah. Ingatlah, karakter Kristus dalam diri kita tak akan pernah terbentuk hanya dengan
mengisolasi diri.
Firman Tuhan mengingatkan untuk saling menasihati. Kata Yunani “parakaleo”
yang digunakan di sini memiliki pengertian yang sangat luas yakni “menasihati,
mendorong, menguatkan, dan menghibur”. Inilah wujud dari perhatian yang
dibicarakan oleh penulis surat Ibrani yaitu tindakan yang sepatutnya kita
lakukan dalam setiap pertemuan ibadah atau dalam persekutuan kita. Karena itu,
jangan datang terlambat dan jangan pulang terlalu cepat. Sediakan waktu untuk
membangun relasi dengan saudara-saudara seiman yang ada.
Mengapa ibadah bersama itu penting,? Karena ibadah bersama bersumber
dari penebusan Kristus yang sempurna. Penerapan dari ayat 19-21 tentang Yesus
Kristus sebagai Imam Besar Agung yang sudah mempersembahkan korban yang
sempurna kepada Allah bagi kita. Dan kebenaran
ini diikuti oleh beberapa kalimat perintah, “Marilah kita…ayat 22, 23, 24”. Dengan kata
lain, ibadah bersama mengingatkan bahwa kita adalah satu umat perjanjian yang
diwakili oleh Imam Besar Agung kita Yesus Kristus.
Firman Tuhan yang kita renungkan ini adalah situasi riil yang dihadapi oleh penerima surat
pada waktu itu. Dimana mereka sedang menghadapi dua bahaya sekaligus yang
saling berkaitan yaitu: ajaran sesat dan penganiayaan. Disini orang-orang Yahudi berusaha menarik mereka
kembali pada agama yang lama, dan upaya ini sangat mungkin disertai dengan
tekanan dan penganiayaan Jemaat Tuhan dapat membaca dalam Ibrani 10:32-34. Akibat
dari itu, beberapa orang sudah mulai meninggalkan persekutuan sebagaimana
nasehat Firman Tuhan dalam Ibrani 10:25. Karena itu mereka perlu diberi peringatan
tentang adanya kemurtadan 10:26-31.
Gereja bukan berisi orang-orang kudus yang tidak memiliki kesalahan,
akan tetapi menjadi tempat orang-orang berdosa yang beroleh kasih karunia dan
dibenarkan oleh karya Kristus. Dengan demikian, setiap anggota masih sangat
mungkin untuk jatuh dalam dosa, disinilah pentingnya ada ruang untuk saling
menasihati (ay 25). Artinya ketika ada
anggota yang jatuh dalam dosa dan hidup di luar kebenaran, yang lain bisa
mengingatkan dan menasihati agar orang tersebut bertobat. Selain itu secara
positif setiap anggota bisa saling membangun dengan nasihat-nasihat yang
menguatkan setiap anggota agar tetap hidup di dalam kebenaran. Inilah
sarana yang disiapkan Allah untuk menguatkan orang orang percaya. Kesetiaan
Allah merupakan pondasi pengharapan, tetapi kekuatan untuk terus berharap
dianugerahkan oleh Allah melalui persekutuan antar orang percaya, semua ibadah
bersama pasti menguatkan. Perjumpaan dengan Allah pasti mengubahkan dan
menyegarkan. Dia bekerja ketika kita mendekat kepadanya dan melalui pujian yang dinaikkan, doa yang
dipanjatkan, dan firman Tuhan yang kita dengar melalui pemberitaan yang
disampaikan, membuat kita semakin kuat ditengah broblema yang kita lami.
Marilah kita membangun hubungan
yang saling menguatkan dan terus mendekatkan diri kepada Tuhan dalam
persekutuan karena Ketika ada tindakan lebih dekat
kepada Tuhan dalam persekutuan, maka janjinNya pintu-pintu akan dibukakan, dan
kita akan diberkati untuk mengenali serta menindaklanjuti kesempatan-kesempatan
yang akan tersedia, terlebih lagi kita akan semakin tegar, semakin kuat
menjalani kehidupan ditengah banyaknya problema yang terjadi. Tuhan memberkati kita dengan Firmannya.
Amin.